Produktivitas oosit karang Acropora humilis di P.Sambangan Karimunjawa Sumber dari Skripsi Tahun 2009 ( Noel Sih Kristi S.Kel)
Latar Belakang
Kenaikan suhu yang tidak normal di laut berpengaruh terhadap
ekosistem Terumbu karang. kenaikan suhu tersebut menyebabkan karang menjadi bleaching sehingga bisa menyebabkan kematian masal. seperti yang terjadi di Karimunjawa pada tahun 1990-an,terumbu karang ayang berada di karimunjawa mengalami kematian masal akibat kenaikan suhu hingga tahun 2005, informasi ini didapatkan dari masyarakat setempat. kerusakan terumbu karang di Indonesia ini menjadi pehatian bagi banyak pihak. Menurut Omori dan Fujiwara (2004) guna menciptakan keseimbangan alam untuk regenesasi terumbu karang diperlukan perawatan dan pemulihan serta pemeliharaan yang maksimal.
|
Acropora Humilis |
Salah satu upaya untuk menjaga ekosistem terumbu karang agar tetap baik adalah dengan cara budidaya. pada umumnya budidaya karang dilakukan dengan metode aseksual/ melakukan pertunasan terhadap koloni karang bercabang pada umumnya.
Ada cara lain untuk melakukan budidaya selain aseksual, yaitu dengan cara menginduksi larva planula karang dengan menggunakan peptida komersil.
Manfaat Penelitian
Mengetahui Spawning karang Acropora humilis untuk menambah informasi pengumpulan benih larva sebagai upaya budidaya.
Materi dan Metode
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Acropora humilis dengan ukuran >10-15 cm yang diamati dalam bentuk preparat histologi. sampel diambil pada bagian ujung cabang karang sekitar 3 cm dari atas tiap ujungnya. sampel yang digunakn untuk pembuatan preparat histologi adalah potongan dari cabang A. humilis pada bagian polip radial.
Metode yang digunakan adalah eksploratif, tujuanya yaitu untuk membuat deskripsi mengenai produktivitas oosit karang A. humilis dengan menggunakan teknik histologi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengambilan sampel pada tingkat populasi.
(Gambar
Acropora humilis)
Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara memotong cabang karang sebanyak 3 cabagn secara acak dalam 1 koloni. potongan cabang yang diamibil berukuran sekitar 3 cm. koloni A. humilis yang dijadikan sampel harus memiliki unkuran koloni >10 cm, ukuran ini diasumsikan karang tersebut telah dewasa dan telah mengalami masa reproduksi. Sampel yang diambil diawetkan dengan formalin 10% dalam air laut. Kemudian sampel didekalsifikasi dan didehidrasi dengan konsentrasi alkohol yang berbeda.
Tahap didekalsifikasi dilakukan untuk menghilangkan zat kapur yang ada pada rangka karang sehingga sampel tidak lunak, sedangkan tahap dehidrasi bertujuan untuk menghilangkan kandungan air pada karang, hal tersebut bertujuan agar parafin dapat terserap baik dalam jaringan. Tahap akhir sampel dedehidrasi sekali lagi dengan cara merendam sampel dalam larutan xylene dan xylene parafin sebelum sampel di-embedding dengan menggunakan parafin. sampel yang telah melalui tahap embedding kemudian dibuat preparat histologi. pembuatan preparat histologi berdasarkan prosedur standar Junqueira et al. (1998) dan manual standar dari balai veteriner Yogyakarta (2006).
Analisa Data
1. Persentase Kemunculan Telur
caranya dengan mencatat kemunculan telur setiap stadia kematangan pada pengamatan mikroskopik preparat histologi setiap bulannya. perhitungan dilakukan menurut Szmant et al (1985), dengan rumus :
Persentase kemunculan telur = Jumlah Kemunculan gamet betina stadia n X 100
Total Kemunculan Gamet Betina
Stadia n : 1,2,3, dan 4
2. Fekunditas (Persentase Jumlah Oosit per Polip
Rumus yang digunakan mengacu pada (Harison dan Walace, 1990), Yaitu :
Fekunditas = Jumlah Oosit (%)
Polip
Sedangkan rumus untuk produktifitasnya adalah :
Produktifitas = Fekunditas (%)
Bulan
3. Ukuran Oosit
Ukuran oosit diukur dengan melihat diameternya. menurut Permata et al (2000), Diameter Oosit dan Testis didapat dengan cara menghitung rata-rata geometrisnya (Geometrik Mean), yaitu akar dari perkalian diameter terpanjang dan diameter terpendek gonad jantan (testis) maupun betina (Oosit).
Hasil Penelitian
Oosit Stadia 1 menunjukkan paling banyak ditemukan pada bulan Juni (40,11%). Sedangkan yang terendah ditemukan pada bulan September (1,13%). Di Bulan Juni ditemukan stadia oosit tertinggi (58,17%) dan terendah di bulan September (25,92%). Oosit stadia 3 tertinggi ditemukan pada bulan September (72,96%) dan terendah ditemukan pada bulan Agustus sebesar (8,46%). tidak ditemukan stadia 4 pada penelitian ini. Fekunditas tertinggi ditemukan pada bulan september yaitu sebesar (8,05%) dan terendah pada bulan Agustus (2,19%). Ukuran Oosit stadia 1 terbesar didapatkan pada bulan Agustus yaitu 46,29 mikro meter, sedangkan yang terkecil didapatkan pada bulan Juli yaitu 39,04 mikro meter.Oosit stadia 2 terbesar ditemukan pada bulan Agustus yaitu 78,42 mikro meter dan yang terkecil untuk stadia 2 pada bulan September yaitu 65,38 mikro meter. untuk Oosit stadia 3 terbesar ditemukan pada bulan September yaitu 96,59 mikro meter, sedangkan terkecil pada bulan Juni yaitu 90,52 mikro meter. Setiap bulan Ukuran, Jumlah dan Fekunditas akan semakin bertambah, namun pada hasil ini belum ditemukan ciri-ciri terjadinya pemijahan, karena Oosit karang belum menunjukkan tingkat kematangan sampai stadia 4.